Muharram


Muharram itu seketika mengharum
Bukan kemenyan, kuncup bungabunga mekar
Menebar kebahagiaan
Sesaat sebelumnya, kami sempat berkelahi dengan waktu
Saling memukul berebut pukul
Dari pagi beranjak pergi, hingga satu setengah jam sebelum pagi kembali
Kami pun sempat berdebat dengan katakata
Berebut frasa tuk temukan pemimpin yang bijaksana

Muharram itu mengharum
Di penghujung tahun kedua enam dan kedua tujuh
Share:

Tiga Hal yang dapat Saya Ambil dari Kasus Ahok


Entah, tiba-tiba saya ingin menulis ini, hal-hal yang dapat saya ambil dari kasus Ahok, setidaknya untuk mengingatkan diri saya pribadi. Beberapa hari bahkan minggu belakangan ini, berbagai macam media sosial yang saya miliki penuh sesak dengan postingan-postingan tentang kasus yang sedang menyambangi Gubernur Daerah Ibu Kota itu, baik yang pro, kontra, dan bahkan tidak sedikit yang berbau provokasi.
Bagi saya, pro dan kontra adalah hal yang biasa dalam berbagai kancah tatanan kehidupan yang kita miliki. Pro dan kontra merupakan hal yang wajar, yang dapat terjadi karena perbedaan sudut pandang, keyakinan, bahkan tingkat pengetahuan yang kita miliki. Namun, kali ini saya tidak ingin membahas tentang saya berada di pihak yang mana, dan saya setuju terhadap siapa, karena sudah terlalu banyak media, blog, dan tulisan yang menjelaskan berbagai macam hal berupa ajakan, seruan, dan penjelasan terkait dengan hal itu. Oleh karena itu, saya hanya ingin memperingatkan diri saya pribadi dengan beberapa hal yang dapat saya ambil dari kasus Ahok tersebut.

Baik dalam bertindak dan berbicara

Saya juga tidak akan menjelaskan tentang bertindak baik dan berkata baik itu seperti apa. Saya yakin pembaca sudah dewasa dan tahu  mana yang baik serta mana yang buruk. Namun perlu diperhatikan, kadang ada beberapa hal yang di mata orang lain baik, di mata kita buruk, dimana hal ini juga berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, saat sedang atau akan berbicara maupun bertindak sebaiknya kita pikirkan terlebih dulu dengan bijak. Ada hal yang harus dipertanggungjawabkan di masa selanjutnya.
Sebagai contoh kasus ini. Terlepas dari kebenaran yang terdapat pada kasus Ahok tersebut, namun dengan adanya kasus tesebut setidaknya pro dan kontra bermunculan dimana-mana, bahkan aksi damai juga muncul sebagai akibatnya. Dari sini kita dapat mengambil hikmah bahwa sebenarnya apapun yang kita sampaikan baik dalam bentuk perkataan ataupun perbuatan sebenarnya ada yang mengawasinnya. Dalam kasus Ahok mungkin hanya manusia, tapi dalam kehidupan kita ini Sang Pencipta pun akan meminta pertanggungjawaban kita.
Oleh karena itu, berkata dan bertindak secara hati-hati adalah salah satu hal yang dapat saya ambil dari kasus Ahok tersebut.  Bagi saya yang temperamental, fakta ini cukup membuat saya untuk mulai belajar bertindak secara bijak dan berkata secara santun dalam menjalani kehidupan ini.

Bijak dalam membagikan informasi

Terdapat hal yang cukup menarik dari adanya kasus Ahok.  Seperti yang dijelaskan sebelumnya,  berbagai macam media sosial diisi oleh tulisan, gambar, dan konten-konten yang berkaitan dengan kasus tersebut. Tak sedikit orang pun jenuh, dan bahkan mulai meng-unfollow teman media sosialnya, serta ada beberapa orang yang meng-unfriend teman media sosial miliknya. Di salah satu kasus, bahkan terdapat seorang anak yang meng-unfollow bapaknya, gegara sang bapak sering membagikan informasi yang tidak jelas asalnya.
Ada baiknya sebelum membagikan atau mem-posting informasi, kita mengolah lebih mendalam informasi tersebut, baik untuk kebenarannya, kemanfaatannya, atau dampak yang ditimbulkan dari informasi tersebut. Karena - mungkin akan mirip dengan bahasan sebelumnya namun lebih spesifik - informasi yang kita sampaikan juga akan memberikan dampak yang cukup besar bagi pembaca setia kita.
Kalau informasi yang kita sampaikan merupakan informasi yang salah, maka akan ada sebagian pembaca yang terjerumus oleh apa yang kita berikan. Kalau informasi yang kita sampaikan merupakan informasi yang bohong, maka akan ada sebagian orang yang terbohongi oleh informasi tersebut. Kalau informasi tersebut mengandung unsur yang memecah belah, maka akan ada sebagian pembaca yang terpecah-belah karenanya.
Cukup mendingan jika dampak yang ditimbulkan adalah unfollow dan unfriend di media sosial saja. Namun, bagaimana kalau hal tersebut membawa dampak yang cukup besar di kehidupan kita, seperti memutuskan tali persaudaraan, membuat hilangnya ikatan persahabatan, dan lain sebagainya. Maka bagi saya, membagi informasi setelah dikaji menjadi salah satu hal yang dapat saya ambil dari kasus Ahok.

Belajar lebih banyak

Bagi saya yang awam di dunia politik, buta dalam kedalaman agama, dan tak memiliki kemampuan lebih di bidang linguistik, harus belajar lebih banyak hal untuk menyimpulkan gagasan yang muncul dari kasus Ahok ini. Dari sini saya mulai sadar, bahwa kita tidak seharusnya menerima mentah-mentah informasi yang muncul dari berbagai macam media. Kita harus tahu, dengan belajar tentunya, berbagai macam hal yang tidak kita ketahui sebelum menerimanya.
Hal ini tentunya juga akan berkaitan dengan poin kedua dalam hal yang dapat saya ambil dari kasus Ahok.  Kita harus mempelajari informasi tidak hanya lebih dalam, namun sumbernya juga harus terpercaya, sebelum membagikan informasi, menulis sebuah postingan, atau berkomentar tentang suatu hal. Dan bagi saya, lebih baik diam jika kita tidak tahu informasi yang benar, dalam, dan terpercaya.


Mungkin cukup banyak orang akan berbeda pendapat dengan saya dalam mengambil beberapa hal dari kasus Ahok ini. Namun seperti yang saya tuliskan sebelumnya, pro dan kontra merupakan hal yang biasa dalam kehidupan kita. Yang pasti, kita harus saling menghargai pendapat masing-masing orang, menghormati keputusan masing-masing orang, serta mengkaji lebih dalam apa yang kita yakini. 

Banyak hal yang dapat kita perdebatkan, namun alangkah baiknya jika perdebatan itu diisi dengan saling mengoreksi diri pribadi sebelum melangkah ke level perdebatan yang lebih tinggi.
Share:

Selamat Pagi, Tahun Keduaenam


Tak terasa waktu berlalu sangat cepat, usiaku kini semakin menua saja. Ternyata sudah dua enam tahun aku bernafas di bumi bernama Nusantara. Sudah banyak yang aku lakukan, tapi masih belum cukup banyak jika dibandingkan dengan mereka yang mengaku sebagai anak muda. Ada banyak hal yang belum aku capai, meskipun akhirnya ada beberapa hal yang sudah mulai terbuka jalannya untukku.
Berbagai macam pencapaian, kalau menurutku sebuah pencapaian entah denganmu, telah aku dapatkan. Salah satu pencapaian terbesarku adalah bisa meminang wanita yang kini selalu menemaniku. Bahagia, mungkin itu cukup untuk mewakili perasaanku saat meminangnya.
Pencapaian lainnya adalah aku bisa kerja tanpa harus mendaftar ke sana kemari. Aku bersyukur, sampai usiaku ini, aku pernah beberapa kali mencoba beberapa pekerjaan tanpa perlu harus melamar pekerjaan tersebut. Dari mulai kerja di sebuah tempat jualan onderdil motor, jaga warnet, sampai sebagai penulis konten di dua platform yang cukup ternama di Indonesia.
Aku juga bersyukur, semakin hari semakin banyak orang yang dapat ku kenal. Dari orang-orang yang entah apa artinya bagi dunia sampai orang-orang yang sangat berarti bagi dunia, aku mulai mengenalnya, meskipun mereka mungkin tidak mengenalku. Tapi, aku tetap bersyukur atas hal itu.
Banyak cerita mengisi hari-hari tahun kedualimaku, dari mulai hal-hal kecil sampai hal-hal yang berhasil mengubahku menjadi seseorang yang seperti ini. Kalau ditanya apa yang paling berarti, aku tidak dapat menjawabnya. Semua yang kualami menjadi hal yang sangat berarti.
Ada peningkatan, tapi aku juga merasakan ada yang menurun dari perkembanganku. Adapula hal-hal yang masih tetap seperti biasanya. Waktunya intropeksi diri dan berkaca pada semua hal untuk berubah menjadi orang yang lebih baik lagi.
Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mengingatkanku saat aku salah, mendukungku saat aku tersudut, memolongku saat aku terjatuh, dan mengucapkan selamat berbahagia padaku saat aku mulai meniti tahun kedua enam ini. Meskipun hanya dua orang yang mengucapkannya, kekasihku dan bot dari salah satu platform yang jadi langgananku, aku bahagia.
Yang jelas, aku minta maaf kepada teman-teman, sahabat, dan keluargaku yang merasa aku sakiti selama setahun yang lalu, eh tidak hanya itu, bertahun-tahun yang lalu juga. Semoga esok aku dapat menjadi lebih baik lagi.
Aku tidak sebesar apa yang aku pikirkan. Dan, aku tidak sekecil apa yang kau pikirkan.
Terimakasih telah membaca sesuatu yang tidak penting ini.
Share:

Rumah Rindu


[Sumber: Flickr]

Sebelum senja menghembuskan nafas terakhirnya,
biru saga menjuntai manja mengikat rasa yang mengabu
Rintik hunjan pun sudah tak bisa dipercaya
membisikan cerita rindu yang itu-itu

Orang-orang riuh,
beriring di jalan yang tak kendat sepi
berebut waktu, kembali menepi
pulang untuk mengadu,
atau sekedar berganti baju

Persimpangan di sudut kota itu,
bukan lagi tempat untuk menunggu
bersamamu,
rumah adalah hangat pelukmu



3 Oktober 2016
Share:

Tak Ada Cerita untuk Para Pencerita


tak berjudul

ada rindu, tersisih dari hujan Bulan Januari
menghujam kuat di antara gedung baru kota Yogyakarta
angin, air, dan gemuruh guruh
tak pernah berhenti memuja setiap daun tumbuh

sepotong pagi yang sendiri
melebur  dalam secangkir teh manis
merapalnya bagi doa-doa
begitupun embun, tak pernah tertinggal di helai daun

bunga-bunga mekar menjemput belukar
dipetik satu, oleh senja yang tenggelam
membaginya pada senyap yang menyelinap

mengejamu,


sebuah kata tak pernah terganti

2016

Jelek ya puisinya?
Kata Mas Hasta, Beliau adalah orang yang sangat pro di bidang tulis menulis puisi, bahwa cara menulis puisi yang baik itu adalah dengan menulis puisi yang jelek terlebih dulu. Jadi wajarlah kalau puisiku jelek. Hehe..
Puisi ini kutulis waktu mengikuti #kampusfiksi kemarin. Gak semuanya sih, hanya sebait saja, lainnya tak kerjain di sebuah istana yang bayarnya sebulan sekali.
Dalam puisi ini, ku hanya ingin berterimaksih kepada panitia, teman-teman - bukan teman ding, sahabat, keluarga tepatnya – peserta, alumni, pemateri, #kampusfiksi, Diva Press, senja, malam, siang, semuanya deh. Kalau Pak Edi pernah bilang bahwa ada sesuatu diatasnya bagus, maka yang ingin kuungkapkan pada puisi ini adalah di atas terimakasih.
Dua hari tiga malam yang mungkin akan terlupakan membuat kami sebagai keluarga baru (Jadi, gak perlu ngadain acara pernikahan buat bikin keluarga baru). Dan semoga, kekeluargaan ini tak pernah hilang di masing-masing hati kami. Tumbuh besar seiring berjalannya waktu.
Tak ada yang lain lagi yang bisa kuungkapkan selain itu, kecuali maaf yang tak pernah luput dari setiap kata, karsa, dan rasa. Semoga Tuhan mengampuni semua kesalahan kita – berlaku untuk yang baca juga lho.
Terimakasih dan maaf, cukup itu saja. Biar sebagian dari puisi ini hanya aku dan Tuhan yang tahu – tak menutup kemungkinan pembaca juga tahu. Suwun!
Share:

daun: epilog

satu dua daun jati gugur
tertiup angin semilir
meninggalkan kisah
resah. saling memiliki

menghilang diantara riuh
risau rumput belukar
mengejar mimpi
pasti. kering mengering

hatihati ini
daun yang mulai menghilang
terbawa alir
mengalir


Share:

untuk sebuah nama

:teruntuk kawanku Sodiq

mendung berarakan. berkabung
sekejap gundukan tanah basah air mata
sunyi senyap kerumunan pelayat
melafalkan do'a-do'a untukmu

darah sisa pertempuran kita
masih anyir, terciprat pada aspal-aspal jalan kenangan
masih merah merekah dalam dada kita

baru tadi pagi
kau mengajakku bercengkrama dengan Mahameru
menantang Ranu Kumbolo beserta antek-anteknya
namun,
siang berlalu terlalu cepat untukmu
sebelum sempat senja mengecup kening kita

percayalah, Kawan!
namamu bukan kata yang mudah kita lupa
masih menjelma do'a sepanjang perjalanan kita

Oktober 2013
Share:

aku rindu pada puisi

Aku rindu pada puisi
Pada lirih manja irama
Pada manis umpama
Yang tak pernah akan kulupa

Meski kadang
Tak bicara sebenarnya
Setidaknya hati tak pernah berdusta

Sudah lama kami tak bersua
Bercengkrama
Sekedar untuk menyapanya
Mungkin ujung penaku sudah tumpul
Kehabisan tinta katakata
Atau aku yang hilang menjauhinya

Aku rindu pada puisi
Adalah puisi
Yang menggantung mimpi

Share:

Hatiku



























Hatiku masih biru
percayalah.
merpati-merpati yang dulu berjanji
menepatinya pasti
sedang kau malu manja
tersipu. Lalu merah yang kau rasa
Sadarlah! Tuhan punya cerita
entah apa akhirnya

hatiku masih biru
dan akan tetap berwarna
entah sampai kapan
mungkin sampai lembayung senja
tiada.

hatiku masih biru
di sudut sesak dadaku
Share:

Pagi: Jatuh Cinta

Sunyi senyap tak berbentuk lagi
Tetes-tetes embun mulai membisu
Sedang kelam tenggelam di penghujung malam
Mentari menari-nari menunggu hari
Cahaya remang sirna, menghilang

Bayanganmu menatapku selalu
Meniupkan angin sepoi ke hatiku

Waktu sejenak terhenti
Menghapus legam semua kenangan
Lagu-lagu cinta mengiring nyaring
Menggema di seberang asmara
Menghias dengan warna percaya

Share: